Kamis, 30 Maret 2017

Psikoterapi : Jenis - Jenis Terapi Psikoanalisa, Behavioristik dan Humanistik



      A.      MAZHAB PSIKOANALISIS


Pendiri Psikoanalisis adalah Sigmund Freud (1856-1939). Freud mengatakan bahwa pikiran yang direpres atau ditekan, merupakan sumber perilaku yang tidak normal. Menurut Freud, terdapat kesadaran (conscious) dan ketidaksadaran (unconcsious) pada pikiran manusia yang diibaratkan seperti permukaan gunung es yang nampak. Freud juga mengatakan ada bagian lain yang disebut prasadar (preconscious) sehingga stimulus –stimulus yang belum direpres dapat ditimbulkan kembali dalam kesadaran dengan mudah.
Selain itu, Freud mempunyai pandangan bahwa kepribadian terdiri dari Id, Ego dan Super ego dimana Id mengandung insting seksual dan agresif yang membutuhkan prinsip kenikmatan atau pleasure principle, lalu ego disebut dengan prinsip realitas atau reality principle karena ego menyesuaikan diri dengan realitas dan superego merupakan prinsip moral atau morality principle karena superego mengontrol perilaku dari segi moral.
Freud juga berpandangan bahwa insting terdiri dari life instinct yang mencakup rasa lapar, haus dan seks atau disebut juga libido dan death instinct merupakan kekuatan destruktif yang dapat ditujukan kepada diri sendiri, menyakiti diri sendiri atau ditujukan keluar dengan bentuk agresi. Selain insting, menurut freud terdapat tiga macam kecemasan yaitu kecemasan objektif ( timbul dari ketakutan bahaya nyata), kecemasan neurotik (takut mendapatkan hukuman atas keinginan yang impulsif) dan kecemasan moral.
Pandangan lain dari Sigmund Freud adalah defence mechanism dimana mekanisme tersebut berfungsi untuk melindungi super ego dan ego dari ancaman dorongan primitif yang mendesak terus karena tidak diijinkan muncul oleh super ego. Defence mechanism tersebut yaitu represi, reaksi formasi, proyeksi, displacement, rasionalisasi, supresi, sublimasi, regresi, denial dan fiksasi.

Selanjutnya, secara umum terdapat lima teknik dasar yang biasa digunakan dalam konseling psikoanalisa, yaitu : 

1)     Asosiasi bebas,  teknik ini digunakan untuk  mengungkapkan pengalaman masa lalu dan menghentikan emosi-emosi yang berhubungan dengan pengalaman traumatik masa lampau.  Teknik asosiasi bebas ini dilakukan dengan klien berbaring di dipan dan konselor duduk di kursi sejajar dengan kepala klien, sehingga klien tidak melihat konselor. Dengan demikian, klien dapat mengungkapkan atau menyalurkan materi-materi yang ada dalam ketidaksadarannya secara bebas, terbuka, tidak menutup-nutupi  tanpa harus malu, meskipun materi tersebut menyakitkan, tidak logis, atau tidak relevan. Selama berlangsung asosiasi bebas, konselor harus mampu menjadi pendengar yang baik serta mendorong klien agar mampu mengungkapkan secara spontan setiap  ingatan yang terlintas dalam pikirannya, pengalaman traumatik, mimpi, penolakan, dan pengalihan perasaannya.  Agar konselor dapat menginterpretasikan secara tepat apa yang dikatakan  klien, selama asosiasi bebas berlangsung konselor harus aktif memperhatikan perasaan, ucapan ucapannya, mencatat gerak tubuh, nada suara, dan bahasa tubuh klien secara umum.
2)      Interpretasi atau penafsiran, merupakan teknik yang digunakan oleh konselor untuk menganalisis asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan transferensi perasaan klien dengan tujuan utama untuk menemukan materi  yang tidak disadari. Dalam memberikan penafsiran, konselor harus hati-hati serta dapat memilih waktu dan kata-kata yang tepat agar klien tidak justru menjadi menutup diri atau mengembangkan pertahanan dirinya. Untuk itu, penafsiran hendaknya bersifat hipotetik, bukan menyatakan fakta, mendekati kesadaran klien, dimulai dari yang sifatnya permukaan menuju ke arah yang mempunyai bobot emosional yang lebih mendalam, serta dilakukan dengan terlebih dahulu menunjukkan pertahanan diri klien sebelum ke hal-hal yang dianggap mendasarinya.   
3)      Analisis mimpi,  Setiap mimpi memiliki isi yang bersifat manifes atau disadari dan juga yang bersifat laten (tersembunyi). Isi yang bersifat manifes adalah mimpi sebagai tampak pada diri orang yang mipi, sedangkan isi yang bersifat laten terdiri atas motifmotif tersamar dari mimpi tersebut. Tujuan analisis mimpi adalah untuk mencari isi yang laten atau sesuatu yang ada dibalik isi yang manifes, untuk memenukan sumber-sumber konflik terdesak. Analisa mimpi hendaknya difokuskan kepada mimpimimpi yang sifatnya berulang-ulang, menakutkan, dan sudah pada taraf mengganggu.
4) Analisis resistensi, resistensi atau penolakan adalah keengganan klien untuk mengungkapkan materi ketidaksadaran yang mengancam dirinya, yang berarti ada pertahanan diri terhadap kecemasan yang dialaminya. Apabila hal ini terjadi, maka sebenarnya merupakan kewajaran. Namun, yang penting bagi konselor adalah bagaimana pertahanan diri tersebut dapat diterobos sehingga dapat teramati, untuk selanjutnya dianalisis dan ditafsirkan, sehingga klien menyadari alasan timbulnya resistensi tersebut.  
5)   Analisis transferensi, trasnferensi bisa disebut juga dengan pengalihan. Transferensi adalah pergeseran arah yang tidak disadari kepada konselor dari orang-orang tertentu dalam masa silam klien. Pengalihan ini terkait dengan perasaan, sikap, dan khayalan klien, baik positif maupun negatif yang tidak terselesaikan pada masa silamnya.  Teknik analisis transferensi dilakukan dengan mengusahakan agar klien mampu mengembangkan transferensinya guna mengungkap kecemasan-kecemasan yang dialami pada masa kanak-kanaknya. Apabila transferensi ini tidak ditangani dengan baik, maka klien dapat menjadi bersikap menolak terhadap perlakuan terapis dan proses terapi dapat dirasakan sebagai suatu hukuman. Karena itu dalam menghadapi trasferensi, konselor harus mampu bersikap obyektif, netral, anonim, dan pasif. Tidak mengembangkan sikap perlawanan atau counter transference berupa respon-respon emosional tertentu yang tidak disadari, karena akan sangat berbahaya bagi obyektivitas penyuluh dalam memperlakukan kliennya.
      B.      MAZHAB BEHAVIORISTIK 


Pelopor aliran ini adalah Juan Petrovitch Pavlov (1849-1936). Para ahli behaviorisme ingin meneliti psikologi secara objektif dan yang dapat diobservasi secara langsung. Oleh karena itu, Pavlov melakukan eksperimen yang disebut dengan classical conditioning menggunakan anjing yang menghasilkan unconditioned respons (UCR), unconditioned stimulus (US), conditioned respons (CR) serta conditioned stimulus (CS). Dalam eksperimen Pavlov, yang ditekankan adalah reinforcement.
Selain Pavlov, Edward Lee Thorndike juga melakukan penelitian tentang animal psychology. Penelitian Thorndike terhadap tingkah laku binatang mencerminkan prinsip dasar proses belajar yaitu bahwa dasar dari belajar adalah asosiasi. Dari eksperimennya, Thorndike mengajukan tiga hukum (hukum primer) dalam belajar yaitu the law of readiness, the law of exercise dan the law of effect. Dalam eksperimen Thorndike, yang ditekankan adalah adanya trial and error.
B.F Skinner juga melakukan percobaan yang disebut dengan operant conditioning menggunakan tikus yang dimasukkan dalam sebuah kotak. Dalam eksperimen ini, CR disebut dengan operant behavior dan CS disebut dengan operant stimulus dan yang ditekankan adalah adanya reward.  J.B Watson melakukan eksperimen dengan anak bernama Albert yang berumur 11 bulan dan tikus putih. Pada awal eksperimen, Albert tidak takut pada tikus putih tersebut, dan semakin lama Albert menjadi takut karena setiap Albert akan memegang tikus, gong akan dibunyikan dengan keras. Dari eksperimen tersebut, Watson mengatakan bahwa reaksi emosional dapat dibentuk dengan kondisioning.
Teknik yang biasa digunakan dalam behavioristik yaitu :
1)      Desentisisasi sistematis, digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperbuat secara negatif dengan menyertakan pemunculan tingkah laku yang berlawanan dengan tingkah laku yang hendak dihapuskan. Salah satu caranya adalah dengan melatih anak untuk santai dan mengasosiasikan keadaan santai dengan pengalaman-pengalaman pembangkit kecemasan.
2)      Latihan asertif, yaitu  latihan mempertahankan diri akibat perlakuan orang lain yang menimbulkan kecemasan, dengan cara mempertahankan hak dan harga dirinya. Latihan ini tepat untuk anak-anak yang mengalami kesulitan dalam perasaan yang tidak sesuai dalam menyatakannya. Dalam pelaksanaan teknik ini, penting bagi konselor untuk melatih keberanian anak untuk berkata atau menyatakan pikiran dan perasaan yang sesungguhnya secara tegas. Caranya dapat melalui bermain peran. Misal, anak diminta untuk berperan sebagai orang tua yang galak dan konselor sebagai anak yang pendiam. Kemudian peran tersebut dipertukarkan.
3)      Terapi aversi, digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk atau menghukum perilaku yang negatif dan memperkuat perilaku positif, dengan meningkatkan kepekaan klien agar mengganti respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut, dibarengi dengan stimulus yang merugikan dirinya. Misalnya, anak yang suka mabuk, maka minumannya dicampur dengan obat tertentu yang dapat menjadikan pusing atau muntah.
4)      Penghentian pikiran. Teknik ini efektif digunakan untuk klien yang sangat cemas. Caranya, misal klien ditutup matanya  sambil membayangkan dan mengatakan sesuatu yang mengganggu dirinya, misal berkata “saya jahat” – pada saat itu klien memberi tanda, kemudian terapi berteriak atau berkata keras dan nyaring berkata “berhenti”. Jadi pikiran yang  tadi digantikan dengan teriakan terapi, berulang-ulang sampai dirinya sendiri yang bisa menghentikan.
5)      Kontrol diri , dilakukan untuk meningkatkan perhatian pada anak tugas-tugas tertentu, melalui prosedur self assesment , mencatat diri sendiri, menentukan tindakan diri sendiri, dan menyusun dorongan diri sendiri.
6)      Pekerjaan rumah, yaitu dengan memberikan tugas atau pekerjaan rumah kepada klien yang kurang mampu menyesuaikan diri dengan situasi tertentu kemudian hasilnya dievaluasi dan secara berangsur ditingkatkan.

     C.      MAZHAB HUMANISTIK
Bapak dari psikologi Humanistik adalah Abraham Maslow (1908-1970). Humanisitik memfokuskan penelitiannya pada manusia dengan ciri – ciri eksistensinya. Maslow terkenal dengan teori hierarki kebutuhan yang meliputi kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa maan, kebutuhan rasa cinta dan memiliki, kebutuhan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Kebutuhan – kebutuhan tersebut dikatakan berhierarki karena kebutuhan yang lebih tinggi menuntut dipenuhi apabila kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah sudah dipenuhi.
 Teknik – Teknik yang digunakan dalam humanistik diantaranya :
1)      Client Centered Therapy,  Klien yang menjadi pusat dari proses psikoterapi ( person - centered psychotherapy). Penekanannya adalah kemampuan klien untuk membantu diri mereka sendiri, dibanding kemampuan terapis untuk membantu klien – Tugas terapi adalah tidak menggunakan teknik terapi tertentu atau menginterpretasi perilaku klien, melainkan menciptakan atmosfer di mana klien merasa aman untuk mengekspresikan perasaan atau pikiran mereka yang ditolak dari kesadaran terhadap terapis atau diri mereka sendiri dua orang berada berada dalam kontak psikologis. Orang pertama (klien) dalam kondisi incongruence (kondisi dimana self-image tidak sama dengan pengalaman aktual). Orang kedua (konselor) dalam kondisi congruence . Konselor memberikan unconditional positive regard pada klien. Konselor mengembangkan empathic understanding dan mengkomunikasikannya kepada klien.  Komunikasi harus tercapai agar terapis benar benar nyata bagi klien.
2) Psikoterapi Gestalt, sensasi tidak berarti kecuali diorganisasikan menjadi persepsi keseluruhan. Tujuan Psikoterapi Gestalt pada dasarnya sama dengan Client Centered Therapy, menciptakan pengalaman yang membantu klien menerima kesadaran diri yang lebih besar, namun pengalaman yang diciptakan oleh kedua metode ini berbeda sama sekali. Psikolog Gestalt terlibat aktif dalam percakapan di sesi terapi. Mereka menantang pernyataan klien yang dianggap belum merefleksikan perasaan klien yang sesungguhnya Atmosfer yang terjadi dalam sesi terapi seringkali bersifat konfrontatif, menantang. “Safe emergency” walaupun terkesan menyerang klien, tapi tetap berada dalam zona aman terapi (jauh dari mendorong, mendesak, mempertanyakan.
3)     Content Analysis, Mengambil inti dari rekaman pernyataan klien untuk ditabulasikan.
4)    Rating Scales, Serangkaian pernyataan yang berisi karakteristik yang akan diukur dengan cara menggambarkan kekuatan atau kelemahan dari karakteristik tersebut dalam suatu kontinum.
5) Q-Sort Procedure, Klien diberi tumpukan kartu atau kertas yang berisi berbagai pernyataan, lalu diminta untuk menyusun pernyataan-pernyataan tersebut dalam suatu kontinum dari yang paling sesuai sampai yang paling tidak sesuai untuk menggambarkan dirinya.


REFERENSI
 Basuki, A.M.H. 2008. Psikologi umum. Jakarta: Universitas Gunadarma
 Permanarian, S, Assjari, M. 2008. Teori konseling. Plb FIP UPI
 Yusainy, C. 2014. Psikoterapi: pendekatan eksistensial humanistik.
 /Documents/Slide-PSI-103-Psikologi-Umum-II-Terapi-Psikologis.pdf