Minggu, 20 Maret 2016

Tugas Softskill : Hubungan Teori Psikoanalisis & Humanistik dengan Kesehatan Mental

 Nama   : Lintang Tejaratri
Kelas     : 2PA01
NPM     : 16514098

ALIRAN PSIKOANALISIS ( SIGMUND FREUD )
Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Bila beberapa pengikut Freud dikemudian hari menyimpang dari ajarannya dan menempuh jalan sendiri-sendiri, mereka juga meninggalkan istilah psikoanalisis dan memilih suatu nama baru untuk menunjukan ajaran mereka. Contoh yang terkenal adalah Carl Gustav Jung dan Alfred Adler, yang menciptakan nama "psikologi analitis" (bahasa Inggris: analitycal psychology) dan "psikologi individual" (bahasa Inggris: individual psychology) bagi ajaran masing-masing.
Psikoanalisis memiliki tiga penerapan :
      1)      suatu metode penelitian dari pikiran.
      2)      suatu ilmu pengetahuan sistematis mengenai perilaku manusia.
      3)      suatu metoda perlakuan terhadap penyakit psikologis atau emosional.
Dalam cakupan yang luas dari psikoanalisis ada setidaknya 20 orientasi teoretis yang mendasari teori tentang pemahaman aktivitas mental manusia dan perkembangan manusia. Berbagai pendekatan dalam perlakuan yang disebut "psikoanalitis" berbeda-beda sebagaimana berbagai teori yang juga beragam. Psikoanalisis Freudian, baik teori maupun terapi berdasarkan ide-ide Freud telah menjadi basis bagi terapi-terapi moderen dan menjadi salah satu aliran terbesar dalam psikologi. Sebagai tambahan, istilah psikoanalisis juga merujuk pada metoda penelitian terhadap perkembangan anak.
Terapi psikoanalisa biasa digunakan atau diterapkan untuk orang-orang dengan masalah yang berkaitan dengan konsep utama dari psikoanalisa seperti adanya alam bawah sadar pada manusia yang mampu mendorong 3 prinsip dasar dari psikoanalisa sendiri (Id, Ego, Super Ego), hal kejiwaan yang merupakan bagian kesadaran (consciousness) dan ketidaksadaran (unconsiousness), serta mengedepankan pengaruh pengalaman-pengalaman dimasa lalu.
Contoh beberapa masalah yang dihadapi antara lain: masalah dalam menjalin hubungan dengan orang lain, masalah yang berhubungan dengan akademik, depresi, kecemasan, trauma, dan masalah dimasa lalu yang mengganggu fungsi seseorang melakukan aktifitasnya sehari-hari.

Kaitan teori psikoanalisis dengan kesehatan mental :
Sesuai dengan penerapannya, psikoanalisis merupakan ilmu pengetahuan sistematis mengenai perilaku manusia. Seseorang yang bermental sehat dapat menggunakan kemampuan atau potensi dirinya secara maksimal dalam menghadapi tantangan hidup, serta membentuk hubungan positif dengan orang lain. Oleh karena itu, kesehatan mental akan berpengaruh pada perilaku yang dilakukan oleh manusia terhadap orang – orang disekitarnya.
Penerapan yang kedua yaitu suatu metode penelitian dari pikiran, dimana kesehatan mental berkaitan dengan kemampuan berpikir seseorang, karena kesehatan mental seseorang akan terganggu jika kemampuan berpikirnya mengalami gangguan.
Penerapan yang ketiga yaitu suatu metode perlakuan terhadap penyakit psikologis atau emosional. Hal tersebut menunjukkan adanya keterkaitan antara aliran psikoanalisis ini dengan kesehatan mental, karena orang yang kesehatan mentalnya terganggu akan mengalami gangguan suasana hati, kemampuan berpikir, serta kendali emosi yang pada akhirnya bisa mengarah pada perilaku buruk.
Gangguan kesehatan mental diantara lain adalah stress, gangguan kecemasan, depresi dan sebagainya. Gangguan – gangguan ini dapat diatasi menggunakan beberapa teknik terapi psikoanalisis seperti contoh asosiasi bebas. Asosiasi bebas merupakan suatu metode terapi yang dirancang untuk memberikan kebebasan secara total kepada pasien dalam mengungkapkan segala apa yang terlintas dibenaknya. Dengan teknik ini, penderita akan disuruh berbaring diatas sofa sementara terapis duduk dibelakangnya. Jadi penderita tidakakan teralihkan perhatiannya pada saat – saat asosiasinya mengalir dengan bebas. 
Selain itu, dalam psikoanalisis Freud menjelaskan tentang Id, Ego dan Superego. Hal ini sangat berkaitan dengan kesehatan mental seseorang karena apabila seseorang mengalami ketidakseimbangan antara id atau ego ( superego tidak berfungsi dengan baik ), maka individu tersebut akan dikatakan tidak sehat secara mental karena ketika id  berperan lebih dominan, individu akan kehilangan kendali seperti contoh : memakai narkoba, membunuh untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan dan sebagainya, karena ia hanya akan memenuhi rasa pleasure atau kesenangan dalam dirinya. Begitu juga apabila ego lebih dominan.


ALIRAN HUMANISTIK ( ABRAHAM MASLOW )
Humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia. Pendekatan ini melihat kejadian yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanism biasanya memfokuskan pengajarannya pada pembangunan kemampuan positif ini.
Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain afektif. Emosi adalah karakterisitik yang sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran humanisme. Humanistik tertuju pada masalah bagaimana tiap individu dipengaruhi dan dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Teori humanisme ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial.
Tokoh pencetus aliran humanisme adalah Arthur Combs, Abraham Maslow, Carl Rogers, Erich Fromm daan Viktor Frankl. Ahli-ahli teori humanistik menunjukkan bahwa :
(1)  tingkah laku  individu pada mulanya ditentukan oleh bagaimana mereka merasakan dirinya sendiri da dunia sekitarnya
(2) individu bukanlah satu-satunya hasil dari lingkungan mereka seperti yang dikatakan oleh ahli teori tingkah laku, melainkan langsung dari dalam (internal), bebas memilih, dimotivasi oleh keinginan untuk aktualisasi diri (self-actualization) atau memenuhi potensi keunikan mereka sebagai manusia. 
Kaitan teori humanistik dengan kesehatan mental :
Dalam teori humanistik, Abraham Maslow mengemukakan tentang hierarki kebutuhan. Abraham Maslow mengatakan bahwa di dalam diri individu ada dua hal:
      1)      Suatu usaha yang positif untuk berkembang
      2)      Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan psikologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan rasa aman dan seterusnya. Maslow Berfokus pada individu secara keseluruhan, bukan hanya satu aspek individu, dan menekankan kesehatan daripada sekedar penyakit dan masalah.
Dari pernyataan diatas, dapat dilihat bahwa Maslow lebih menekankan pada kesehatan daripada sekedar penyakit atau masalah. Oleh karena itu, aliran humanistik ini memiliki kaitan dengan kesehatan mental, contohnya teori hierarki kebutuhan Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan untuk dihargai, dan kebutuhan untuk aktualisasi diri.
Seseorang yang sehat mentalnya, tentu telah terpenuhi kebutuhannya. Seperti pada teori kebutuhan Maslow yang pertama yaitu kebutuhan fisiologis. Hal yang paling dasar dari seseorang dapat dikatakan sehat adalah apabila kebutuhan fisiologisnya tercapai,
Kemudian kebutuhan akan rasa aman, biasanya seseorang yang merasa insecure akan hidup dalam kecemasan dan ketakutan sehingga dapat menimbulkan depresi dan semacamnya. Selanjutnya kebutuhan untuk dihargai. Selanjutnya yaitu kebutuhan akan kasih sayang. Ketika kebutuhan akan kasih sayang seseorang tidak terpenuhi, tentu akan menimbulkan depresi karena manusia merupakan makhluk sosial. Biasanya, seseorang yang merasa tidak dicintai, maka ia merasa tidak ada gunanya untuk hidup.
Seseorang yang kebutuhan fisiologis, rasa aman dan kasih sayangnya sudah terpenuhi, tentu akan melakukan hal – hal yang mengharuskan orang lain terlibat didalamnya sehingga ia butuh penghargaan. Seperti contoh pekerjaan, ketika seseorang merasa sudah melakukan tugasnya dengan baik dalam pekerjaan tentu ia merasa hasil kerja kerasnya tersebut patut untuk dihargai. Apabila ia merasa hasil kerja kerasnya itu tidak dihargai, terutama orang – orang yang menyayanginya juga tidak merespon hasil kerja kerasnya tersebut, tentu ia akan merasa sedih dan mungkin sakit hati atas perlakuan orang – orang sekitar terhadapnya.
Kebutuhan yang terakhir yaitu kebutuhan untuk aktualisasi diri. Aktualisasi diri merupakan ketepatan seseorang di dalam menempatkan dirinya sesuai dengan kemampuan yang ada di dalam dirinya. Oleh karena itu, apabila seseorang belum mampu menemukan kemampuan dan potensi dirinya, ia akan merasa bahwa keberadaan dirinya belum terpenuhi. Mungkin ia akan merasa bahwa dirinya tidak berguna dan sebagainya, ketika itulah timbul gangguan gangguan yang akan memepengaruhi kesehatan mental seseorang.

DAFTAR PUSTAKA
www.wikipedia.org



Minggu, 06 Maret 2016

Tugas Softskill : Kesehatan Mental (Konsep Sehat)


Nama    : Lintang Tejaratri
NPM    : 16514098
Kelas    : 2PA01 


KONSEP SEHAT
            Banyak definisi dari berbagai ahli mengenai konsep sehat, seperti contohnya WHO mendefinisikan sehat sebagai suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Berbeda lagi dengan UU No.23, 1992 tentang kesehatan yang mendefinisikan sehat sebagai keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Menurut saya, sehat merupakan suatu keadaan dimana sistem yang ada pada tubuh seseorang bekerja dengan baik sehingga dapat melawan penyakit – penyakit yang akan menyebabkan kondisi tubuh seseorang menjadi buruk. Di dalam tubuh yang sehat, terdapat berbagai sistem yang saling berpengaruh, contohnya seperti sistem pencernaan, sistem pernapasan, sistem kekebalan tubuh dan sistem lainnya. Oleh karena itu, apabila salah satu dari sistem  tersebut tidak berfungsi atau tidak bekerja dengan baik, maka akan menimbulkan ketidakseimbangan dalam tubuh seseorang.
Seperti contoh, apabila seseorang lupa makan karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya, lalu ia juga sering begadang karena harus mengerjakan banyak deadline. Karena tidak ada asupan energi yang cukup untuk ia melakukan pekerjaannya dan kurangnya jam istirahat tubuhnya, maka sistem kekebalan tubuh akan melemah dan asam lambung akan naik sehingga timbullah penyakit maag yang menyerang sistem pencernaan yang membuat ia dikatakan sebagai orang sakit.
Contoh lain adalah, apabila seseorang memiliki banyak pekerjaan dan masalah. Namun karena ia tidak memiliki rasa sosial, sehingga ia tidak meminta bantuan kepada siapapun. Karena ia tidak memiliki kesehatan sosial yang baik, maka ia akan merasa depresi akan masalah – masalah yang dihadapinya sendirian dan dapat memicu penyakit yang menyerang sistem saraf seperti stroke dan sebagainya.
Jadi, menurut saya sehat juga dapat diartikan sebagai upaya seseorang dalam menjaga keseimbangan tubuhnya dengan menjaga pola hidup yang baik dengan melakukan kegiatan – kegiatan positif yang baik bagi kesehatan fisik maupun psikis.

DIMENSI SEHAT
Jika biasanya kita melihat sehat atau tidaknya seseorang dari fisik, ternyata masih ada dimensi lain yang menjadi suatu kesatuan untuk menilai apakah individu tersebut sehat atau tidak. Terdapat 5 dimensi sehat yaitu :
FISIK
Seseorang dikatakan sehat apabila seluruh organ tubuhnya bekerja dengan baik atau berfungsi dengan normal. Seseorang yang sehat fisiknya tidak memiliki kebutuhan khusus untuk mengembalikan kembali fungsi dari salah satu organ di dalam tubuhnya. Seperti contoh, membutuhkan obat untuk menyembuhkan suatu penyakit, dan sebagainya.
EMOSI
Seseorang dikatakan sehat jika ia mampu mengekspresikan emosi yang ada di dalam dirinya. Dengan begitu, seseorang bisa mendisiplinkan dirinya (disiplin diri),  seseorang mampu membuat keputusan (determinasi) ataupun mengerjakan segala sesuatu sendiri (mandiri) karena semua itu dapat dilakukan dengan emosi yang sehat (tidak mengalami gangguan).
SOSIAL
Seseorang dikatakan sehat jika ia mampu bekerjasama dengan orang lain. Manusia merupakan makhluk sosial, maka dari itu seseorang harus dapat bersama atau berinteraksi dengan orang lain.  Seperti contoh, mampu menyayangi seseorang, bersikap baik,  mempercayai orang lain, menghargai perbedaann dan dapat saling membantu atau tolong menolong. Karena hal – hal tersebut hanya dapat dilakukan apabila seseorang memiliki kesehatan sosial.
INTELEKTUAL
Seseorang dikatakan sehat jika ia mampu melihat realitas dalam kehidupan. Seperti contoh, menolak melakukan tindakan yang bertentangan dengan realitas yang tidak menyenangkan (denial), realitas yang tidak menyenangkan dipersepsikan sebagai hal yang menyenangkan (fantasi), tindakan untuk mengurangi atau menyembunyikan kekurangan yang dirasakannya (kompensasi) ataupun pengetahuan.  Apabila seseorang tidak memiliki intelektual yang sehat, maka ia akan sulit melihat realitas.
SPIRITUAL
Spiritual berkaitan dengan rohani atau jiwa. Seseorang dikatakan sehat jika ia mampu berpikir secara jernih. Karena segala sesuatu yang berhubungan dengan rohani atau jiwa adalah menyangkut kepercayaan dari tiap – tiap individu itu sendiri. Oleh karena itu, seseorang dengan kondisi spiritual yang sehat tidak akan melakukan atau bertindak atas hal – hal diluar batas kewajaran (berpikir rasional).

DAFTAR PUSTAKA

Sutardjo A. Wiraminardja.2010.Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung : Refika aditama Kholil Rochman Lur. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto : Fajar Media