Kamis, 28 April 2016

Tugas Softskill Kelompok ( Bipolar Disorder )

Anggota Kelompok :

  1. Fitri Astuti W. S (14514312)
  2. Harfi Apriliani (14514787)
  3. Lintang Tejaratri (16514098)
  4. Triaristi (1A514868)

Apa Itu Gangguan Bipolar?
Kata bipolar berasal dari dua kata, yaitu bi yang berarti dua, dan polar berarti kutub/pola. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat, bipolar adalah yang mempunyai dua kutub. Seperti sebuah magnet yang memiliki dua kutub, begitulah nama bipolar berasal. Sedangkan disorder adalah keadaan yang tidak sesuai dengan tatanan (aturan atau keadaan) yang umum, dapat disimpulkan sebuah gangguan. Dengan begitu, Bipolar Disorder adalah gangguan yang mempunyai dua kutub/pola. Orang awam sendiri sering menyebutnya ketidakstabilan mood.
Dapat dikatakan pengertian secara umumnya, Gangguan bipolar (bipolar disorder) adalah gangguan pada perasaan atau mood seseorang akibat masalah diotak, ditandai dengan perpindahan (swing) mood, pikiran, dan perubahan perilaku. Penderita mengalami perubahan mood dramatis yang membuat suasana hati berubah secara tiba-tiba antara dua kutub (bipolar) yang berlawanan, yaitu Episode manic (kesenangan) ditandai dengan kondisi mood yang sangat meningkat (hipertimik) atau irritable (mudah marah dan tersinggung) dan Episode depresi (kesedihan) ditandai dengan mood yang sangat menurun (hipotimik). Di antara kedua episode mood tersebut terdapat masa mood yang normal (eutimik).
Bipolar ini termasuk gangguan kejiwaan tetapi bukan berarti gila. Gejala ini baru dapat disebut gangguan bila telah memenuhi kriteria waktu tertentu, Bisa dipastikan disebut gangguan, bila fungsi pekerjaan atau kehidupan sosialnya terganggu. Orang yang menderitanya tidaklah kehilangan kewarasannya dan berlaku aneh. Bipolar memang memiliki episode waktu, ada kalanya saat mania, saat depresi, dan saat normal yang bergantian setiap waktunya (berepisode) dalam jangka yang tidak dapat ditentukan. Seperti untuk episode manic, dibutuhkan kondisi mood hipertimik dalam rentang waktu minimal seminggu atau bahkan kurang dari seminggu. Untuk episode depresi, dibutuhkan waktu minimal 2 minggu terus-menerus berada dalam kondisi mood hipotimik.

Jenis-Jenis Bipolar Disorder
Berikut beberapa jenis gangguan bipolar yang perlu Anda ketahui :
1.       Bipolar Disorder tipe 1

Gangguan bipolar 1 ditandai dengan manik depresif, yaitu adanya perubahan mood yang cenderung drastis. Penderita bisa mengalami ‘mania’, yaitu kesenangan dan kegembiraan yang berlebihan, over aktivitas fisik, banyak bicara, hingga penurunan kebutuhan tidur. Hal ini bisa diikuti dengan mengalami ‘depresi’, mulai dari suasana hati normal, berubah sedih yang mendalam, cepat marah, mudah tersinggung, tidak sabar, dan cepat berubah pikiran. Bipolar I juga ada kecenderungan mengalami waham. Waham yaitu keyakinan atau pikiran yang salah karena bertentangan dengan dunia nyata serta dibangun atas unsur yang tidak berdasarkan logika.

2.      Bipolar Disorder tipe 2
Penderita depresi bipolar 2 cenderung memiliki energi yang sangat rendah, kesehatan mental dan fisik yang agak terbelakang. Hal ini diikuti dengan kelelahan yang berlebihan karena hipersomnia, yaitu gangguan tidur yang ditandai oleh kebutuhan untuk tidur berlebihan atau kantuk yang tiba-tiba. Bipolar 2 tidak ada kecenderungan mengalami waham. Episode depresif dalam gangguan bipolar II mirip dengan depresi klinis, dengan perasaan depresi, kehilangan kesenangan, energi rendah dan aktivitas, perasaan bersalah atau tak berharga, dan pikiran bunuh diri. Siklus gejala gangguan bipolar ini bisa minggu, bulan, atau jarang tahun. Kebanyakan bipolar II lebih banyak mengalami episode depresi.

3.      Gangguan Bipolar Campuran/Unipolar
Tanda-tanda umum episode campuran termasuk gejala depresi dikombinasikan dengan agitasi, iritabilitas, kegelisahan, insomnia, dan pikiran yang berubah-ubah sangat cepat. Sedangkan pada bipolar 1 dan 2 sama-sama memiliki episode manik dan depresi. Namun perbedaan terletak pada maniknya. Jika dianalogikan dengan angka, pada pasien bipolar 1 maniknya 10, bipolar 2 maniknya 5, sedangkan pada unipolar nol. Seseorang yang memiliki bipolar tipe 2 yang tidak diobati bisa berubah menjadi tipe 1.Kombinasi energi tinggi dan rendah ini membuat suasana hati yang sangat berisiko tinggi bunuh diri. Keinginan untuk bunuh diri dikarenakan kelelahan, putus asa, delusion, dan hallucination.

Ada jenis bipolar lainnya yaitu:
Gangguan Cyclothymia mengacu kepada siklus hipo-mania, yaitu kegembiraan yang berlebihan dalam jangka waktu lama dengan gejala depresi yang tidak begitu kentara. Bahkan mungkin orang dengan gangguan Cyclothymia tidak terlihat depresi sama sekali. Namun pada akhirnya, penderita cyclothymia akan mengembangkan bipolar 1 atau 2 yang parah.
Gangguan Bipolar (NOS)

Bipolar NOS merupakan bipolar yang tidak teridentifikasi. Dalam arti, penderita mengalami beberapa gejala bipolar, namun bisa muncul dan hilang, atau mengalami gejala gangguan mental yang hampir sama dengan bipolar namun tidak spesifik dan tidak mudah dikenali seperti gejala bipolar lain.

Kaitan antara Bipolar Disorder dengan Kesehatan Mental
Istilah “kesehatan mental” diambil dari konsep mental hygiene . Kata “mental” diambil dari bahasa Yunani, pengertiannya sama dengan psyche dalam bahas latin yang artinya psikis, jiwa atau kejiwaan. Aspek psikis manusia pada dasarnya merupakan satu kesatuan dengan sistem biologis, sebagai sub sistem dari eksistensi manusia, maka aspek psikis selalu berinteraksi dengan keseluruhan aspek kemanusiaan. Karena itulah aspek psikis tidak dapat dipisahkan untuk melihat sisi jiwa manusia.
Seiring berkembangnya zaman, manusia dituntut untuk selalu bersifat produktif di segala bidang. Pekerjaan membuat manusia lupa waktu. Masalah dan masalah mereka geluti setiap hari dengan harapan mendapatkan hasil yang maksimal. Terkadang manusia melakukan segala cara untuk mencapai suatu tujuan tanpa mempedulikan akibat yang ditimbulkan. Mereka hanya mementingkan pemenuhan kebutuhan jasmani saja sehingga kebutuhan rohani terabaikan. Itulah yang membuat seseorang sangat rawan terserang gangguan kesehatan mental seperti stres dan depresi.
Depresi inilah yang sangat berbahaya karena orang yang menderita depresi akan sulit berfungsi secara sosial dan berisiko tinggi untuk mengakhiri hidupnya atau bunuh diri. Sering kali diagnosis psikiatri baru muncul setelah seorang individu melakukan bunuh diri. Analisis tingkah laku,suasana hati, dan pikiran individu yang melakukan bunuh diri didasarkan atas laporan dari keluarga dan temanteman inidividu tersebut serta tulisan ataucatatan-catatan individual.
Bipolar Disorder atau gangguan bipolar, adalah sejenis penyakit psikologis, yang ditandai dengan berkurangnya mood (perasaan) yang sangat ekstrim, yaitu berupa depresi dan mania. Selain itu, bipolar disorder ditandai dengan perubahan mood yang drastis. Istilah ini ( bipolar disorder) mengacu pada suasana hati penderitanya yang dapat berganti secara tiba-tiba antara dua kutub (bipolar ) yang berlawanan yaitu kebahagiaan (mania) dan kesedihan (depresi) yang ekstrim.
Penyakit bipolar, juga dikenal sebagai penyakit manic-depressive, yaitu penyakit otak yang menyebabkan perubahan-perubahan yang tidak biasa pada suasana hati, energi, tingkat-tingkat aktivitas, dan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas harian. Gejala-gejala dari penyakit bipolar adalah keadaan suasana hati mereka yang berbeda dari naik dan turun yang normal yang setiap orang melaluinya dari waktu ke waktu.
Setiap orang pada umumnya pernah mengalami suasana hati yang baik ( mood high ) dan suasana hati yang buruk (mood low). Akan tetapi, seseorang yang menderita bipolar disorder memiliki mood swings yang ekstrim yaitu pola perasaan yang mudah berubah secara drastis. Suatu ketika, seorang pengidap bipolar disorder bisa merasa sangat antusias dan bersemangat (mania). Namun, ketika mood-nya berubah buruk, ia bisa sangat depresi, pesimis, putus asa, bahkan sampai mempunyai keinginan untuk bunuh diri.

Faktor Penyebab Bipolar Disorder
·         Genetika, Fisiologis dan Lingkungan.
Gen bawaan adalah faktor umum penyebab bipolar disorder. Seseorang yang lahir dari orang tua yang salah satunya merupakan pengidap bipolar disorder memiliki resiko mengidap penyakit yang sama sebesar 15%-30% dan bila kedua orang tuanya mengidap bipolar disorder, maka 50%-75%. anak-anaknya beresiko mengidap bipolar disorder. Kembar identik dari seorang pengidap bipolar disorder memiliki resiko tertinggi kemungkinan berkembangnya penyakit ini daripada yang bukan kembar identik.
Bipolar Disorder tidak memiliki penyebab tunggal. Tampaknya orang-orang tertentu secara genetik cenderung untuk bipolar disorder. Namun tidak semua orang dengan kerentanan mewarisi penyakit berkembang, yang menunjukkan bahwa gen bukanlah satu-satunya penyebab. Beberapa studi pencitraan otak menunjukkan perubahan fisik pada otak orang dengan bipolar disorder. Faktor eksternal lingkungan dan psikologis juga diyakini terlibat dalam pengembangan bipolar disorder. Faktor-faktor eksternal yang disebut pemicu. Pemicu dapat memulai episode baru mania atau depresi atau membuat gejala yang ada buruk. Namun, banyak episode gangguan bipolar terjadi tanpa pemicu yang jelas.
Penderita penyakit ini cenderung mengalami faktor pemicu munculnya penyakit yang melibatkan hubungan antar persel atau peristiwa-peristiwa pencapaian tujuan (reward) dalam hidup. Contoh dari hubungan perseorangan antara lain jatuh cinta, putus cinta, dan kematian sahabat. Sedangkan peristiwa pencapaian tujuan antara lain kegagalan untuk lulus sekolah dan dipecat dari pekerjaan. Selain itu, seorang penderita bipolar disorder yang gejalanya mulai muncul saat masa ramaja kemungkinan besar mempunyai riwayat masa kecil yang kurang menyenangkan seperti mengalami banyak kegelisahan atau depresi. Selain penyebab diatas, alkohol, obat-obatan, dan penyakit lain yang diderita juga dapat memicu munculnya bipolar disorder.
      Lingkungan
Di sisi lain, keadaan lingkungan di sekitarnya yang baik dapat mendukung penderita gangguan ini sehingga bisa menjalani kehidupan dengan normal. Berikut ini adalah faktor lingkungan yang dapat memicu terjadinya BD, antara lain:
Stress - peristiwa kehidupan Stres dapat memicu gangguan bipolar pada seseorang dengan kerentanan genetik. Peristiwa ini cenderung melibatkan ft drastis atau tiba-tiba-baik atau buruk-seperti akan menikah, akan pergi ke perguruan tinggi, kehilangan orang yang dicintai, dipecat.
Penyalahgunaan Zat - Meskipun penyalahgunaan zat tidak menyebabkan gangguan bipolar, itu dapat membawa pada sebuah episode dan memperburuk perjalanan penyakit. Obat-obatan seperti kokain, ekstasi, dan amphetamine dapat memicu mania, sedangkan alkohol dan obat penenang dapat memicu depresi.
Obat-obat tertentu, terutama obat-obatan antidepresan, bisa memicu mania. Obat lain yang dapat menyebabkan mania termasuk obat flu over-the-counter, penekan nafsu makan, kafein, kortikosteroid, dan obat tiroid.
Perubahan Musim - Episode mania dan depresi sering mengikuti pola musiman. Manic episode lebih sering terjadi selama musim panas, dan episode depresif lebih sering terjadi selama musim dingin, musim gugur, dan musim semi (untuk negara dengan 4 musim).
Kurang Tidur - Rugi tidur-bahkan sesedikit melewatkan beberapa jam istirahat-bisa memicu episode mania
      Fisiologis
Sistem neurokimia dan gangguan suasana hati
Salah satu faktor utama penyebab seseorang mengidap gangguan bipolar adalah terganggunya keseimbangan cairan kimia utama di dalam otak. Sebagai organ yang berfungsi menghantarkan rangsang, otak membutuhkan neurotransmitter (saraf pembawa pesan atau isyarat dari otak ke bagian tubuh lainnya) dalam menjalankan tugasnya. Norepinephrin, dopamin, dan serotonin adalah beberapa jenis neurotransmitter yang penting dalam penghantaran impuls syaraf. Pada penderita gangguan bipolar, cairan-cairan kimia tersebut berada dalam keadaan yang tidak seimbang.
Sebagai contoh, ketika seorang pengidap gangguan bipolar dengan kadar dopamin yang tinggi dalam otaknya akan merasa sangat bersemangat, agresif dan percaya diri. Keadaan inilah yang disebut fase mania. Sebaliknya dengan fase depresi yang terjadi ketika kadar cairan kimia utama otak itu menurun di bawah normal, sehingga penderita merasa tidak bersemangat, pesimis dan bahkan keinginan untuk bunuh diri yang besar.
Seseorang yang menderita gangguan bipolar menandakan adanya gangguan pada sistem motivasional yang disebut dengan behavioral activation system (BAS). BAS memfasilitasi kemampuan manusia untuk memperoleh penghargaan (pencapaian tujuan) dari lingkungannya. Hal ini dikaitkan dengan positive emotional states , karakteristik kepribadian seperti ekstrovert (bersifat terbuka), peningkatan energi dan berkurangnya kebutuhan untuk tidur. Secara biologis, BAS diyakini terkait dengan jalur saraf dalam otak yang melibatkan dopamin dan perilaku untuk memperoleh penghargaan. Peristiwa kehidupan yang melibatkan penghargan atau keinginan untuk mencapai tujuan diprediksi meningkatkan episode mania tetapi tidak ada kaitannya dengan episode depresi. Sedangkan peristiwa positif lainnya tidak terkait dengan perubahan pada episode mania.
Sistem neuroendokrin
Area limbik di otak berhubungan dengan emosi dan mempengaruhi hipotalamus yang berfungsi mengontrol kelenjar endokrin dan tingkat
hormon yang dihasilkan. Hormon yang dihasilkan hipotalamus juga mempengaruhi kelenjar pituaritas. Kelenjar ini terkait dengan gangguan depresi seperti gangguan tidur dan rangsangan selera. Berbagai temuan mendukung hal tersebut, bahwa orang yang depresi memiliki tingkat dari cortisol (hormon adrenocortical) yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh produksi yang berlebih dari pelepasan hormon rotropin oleh hipotalamus. Produksi yang berlebih dari cortisol pada orang yang depresi juga menyebabkan semakin banyaknya
kelenjar adrenal . Banyaknya cortisol tersebut juga berhubungan dengan kerusakan pada hipoccampus dan penelitian juga telah membuktikan bahwa pada orang depresi menunjukkan hipoccampal yang tidak normal. Penelitian mengenai Cushing’s Syndrome juga dilatan  dengan tingginya tingkat cortisol pada gangguan depresi.
c       Genetika
Genetika bawaan adalah faktor umum penyebab gangguan bipolar. Seseorang yang lahir dari
orang tua yang salah satunya merupakan pengidap gangguan bipolar memiliki risiko mengidap penyakit yang sama sebesar 15 % hingga 30%. Bila kedua orangtuanya mengidap gangguan bipolar, maka berpeluang mengidap gangguan bipolar sebesar 50% - 75%. Kembar identik dari seorang pengidap gangguan bipolar memiliki risiko tertinggi kemungkinan berkembangnya penyakit ini daripada yang bukan kembar identik. Penelitian mengenai pengaruh faktor genetis pada gangguan bipolar pernah dilakukan dengan melibatkan keluarga dan anak kembar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 10% - 15% keluarga dari pasien yang mengalami gangguan bipolar pernah mengalami satu episode gangguan suasana hati.

GEJALA-GEJALA BIPOLAR


a. Gejala-gejala dari mania atau episode manic:
Perubahan-Perubahan Suasana Hati
  • Periode yang panjang dari perasaan "puncak", atau suasana hati yang sangat gembira atau ramah
  • Suasana hati yang sangat teriritasi, agitasi, merasakan "jumpy (gelisah)" atau "wired".
Perubahan-Perubahan Kelakuan
  • Berbicara sangat cepat, melompat dari satu idea ke yang lainnya, mempunyai pemikiran-pemikiran yang bergegas-gegas
  • Sangat mudah dikacaukan
  • Aktivitas-aktivitas yang menuju tujuan yang meningkat, seperti menerima proyek-proyek baru
  • Menjadi gelisah
  • Tidur yang sedikit
  • Mempunyai kepercayaan yang tidak realistik pada kemampuan-kemampuan seseorang
  • Berkelakuan secara impulsif dan mengambil bagian pada banyak kelakuan-kelakuan yang menyenangkan dan berisiko tinggi, seperti membelanjakan sprees, seks yang impulsif, dan investasi-investasi bisnis yang impulsif.
b. Gejala-gejala dari episode depresi:
Perubahan-Perubahan Suasana Hati
  • Periode yang panjang dari perasaan khawatir atau kosong
  • Kehilangan minat pada aktivitas-aktivitas yang pernah dinikmati, termasuk seks.
Perubahan-Perubahan Kelakuan
  • Merasa lelah atau "slowed down"
  • Mempunyai persoalan-persoalan berkonsentrasi, mengingat, dan membuat keputusan-keputusan
  • Menjadi gelisah atau teriritasi
  • Merubah kebiasaan-kebiasaan makan, tidur, atau yang lain-lain
  • Memikirkan kematian atau bunuh diri, atau mencoba bunuh diri.
c. Gejala-gejala dari episode hipomania :
Tahap hipomania mirip dengan mania. Perbedaannya adalah penderita yang berada pada tahap ini merasa lebih tenang seakan-akan telah kembali normal serta tidak mengalami hallucination dan delusion. Hipomania sulit untuk didiagnosis karena terlihat seperti kebahagiaan biasa, tapi membawa resiko yang sama dengan mania. Gejala-gejala dari tahap hipomania bipolar disorder adalah sebagai berikut.

1. Bersemangat dan penuh energi, muncul kreativitas.
2. Bersikap optimis, selalu tampak gembira, lebih aktif, dan cepat marah.
3. Penurunan kebutuhan untuk tidur.

d. Gejala-gejala episode campuran (Mixed state episode) :
Dalam konteks bipolar disorder, mixed state adalah suatu kondisi dimana tahap mania dan depresi terjadi bersamaan. Pada saat tertentu, penderita mungkin bisa merasakan energi yang berlebihan, tidak bisa tidur, muncul ide-ide yang berlal-lalang di kepala, agresif, dan panik (mania). Akan tetapi, beberapa jam kemudian, keadaan itu berubah menjadi sebaliknya. Penderita merasa kelelahan, putus asa, dan berpikiran negatif terhadap lingkungan sekitarnya. Hal itu terjadi bergantin dan berulang-ulang dalam waktu yang relatif cepat. Mixed state bisa menjadi episode yang paling membahayakan penderita bipolar disorder. Pada episode ini, penderita paling banyak memiliki keinginan untuk bunuh diri karena kelelahan, putus asa, delusion, dan hallucination.

Gejala-gejala yang diperlihatkan jika penderita akan melakukan bunuh diri antara lain sebagai berikut.

  1. Selalu berbicara tentang kematian dan keinginan untuk mati kepada orang-orang di sekitarnya.
  2. Memiliki pandangan pribadi tentang kematian.
  3. Mengkonsumsi obat-obatan secara berlebihan dan alkohol.
  4. Terkadang lupa akan hutang atau tagihan seperti; tagihan listrik, telepon.
Pengobatan Gangguan Bipolar
Gangguan bipolar membutuhkan pengobatan jangka panjang. Oleh karena itu meski penderitanya sudah merasa sembuh, dokter biasanya tidak akan menghentikan pengobatan begitu saja hingga dirasa cukup.
Tujuan pengobatan jangka panjang bipolar adalah untuk menurunkan frekuensi terjadinya episode-episode mania dandepresi agar penderita dapat hidup secara normal dan membaur dengan orang-orang di sekitarnya. Selain langkah pencegahan kambuhnya salah satu fase bipolar, terdapat juga obat-obatan untuk menangani gejala-gejala ketika sedang kambuh.
Penderita bipolar akan dianjurkan untuk memperbaiki pola hidup, misalnya dengan cara berolahraga secara teratur, tidur yang cukup, dan mengadopsi pola makan yang lebih sehat.
Rencana pengobatan biasanya mencakup pemberian obat-obatan yang dikombinasikan dengan penanganan lain yang diperlukan, misalnya terapi psikologis.
Sebagian besar penderita gangguan bipolar dapat membaik tanpa harus menjalani rawat inap di rumah sakit. Perujukan ke rumah sakit biasanya dilakukan jika gejala makin parah dan dikhawatirkan perilaku penderita dapat membahayakan orang lain atau dirinya sendiri, seperti misalnya bunuh diri.
Obat-obatan
Ada sejumlah obat yang dapat digunakan untuk mengobati gangguan bipolar, tergantung gejala serta riwayat kesehatan masing-masing penderita, di antaranya:
  • Antikonvulsan, seperti misalnya lamotrigine dan divalproex.Obat ini sebenarnya biasa digunakan untuk mengobatiepilepsi, namun efeknya telah terbukti efektif dalam menangani gangguan bipolar. Obat yang berfungsi sebagai penstabil suasana hati jangka panjang ini juga digunakan untuk mengobati episode mania. Beberapa efek samping penggunaan antikonvulsan di antaranya adalah:
    • Mengantuk
    • Pusing
    • Kenaikan berat badan
  • Lithiumyakni obat yang mampu mencegah terjadinya gejala mania dan depresi serta menstabilkan suasana hati. Selama penggunaan obat ini, tes darah untuk memeriksa kadar lithium di dalam tubuh perlu dilakukan secara rutin. Hal tersebut untuk memastikan kadar lithium masih dalam kisaran yang aman sehingga mencegah terjadinya efek samping serius berupa gangguan pada ginjal dan kelenjar tiroid. Efek samping penggunaan lithium lainnya adalah:
    • Gangguan pencernaan
    • Mulut terasa kering
    • Gelisah
    • Muntah
    • Diare
  • Antidepresan seperti fluoxetine. Pada beberapa penderita gangguan bipolar, obat pereda depresi ini dapat memicu episode mania. Oleh karena itu antidepresan kerap dipasangkan dokter dengan obat-obatan penstabil suasana hati. Salah satu efek samping penggunaan antidepresan adalah menurunnya libido atau lemah syahwat.
  • Antipsikotik, misalnya olanzapine dan ariprazol. Sama seperti obat-obatan antikonvulsan, antipsikotik diresepkan untuk mengatasi episode mania dan juga efektif untuk menstabilkan suasana hati. Beberapa efek samping penggunaan antipsikotik adalah:
    • Peningkatan detak jantung
    • Penglihatan kabur
    • Gemetar
    • Mengantuk
    • Kenaikan berat badan
    • Penurunan daya ingat
Terapi psikologis
Terapi psikologis untuk gangguan bipolar dapat menunjang obat-obatan yang telah diberikan. Melalui metode ini diharapkan kesembuhan pasien bisa tercapai secara lebih efektif.
Di dalam terapi psikologis, pasien akan dikenalkan dengan masalah kejiwaan yang sedang mereka alami. Pasien juga akan diajak mengidentifikasi hal-hal yang dapat memicu terjadinya episode suasana, baik itu dalam bentuk pemikiran maupun perilaku pasien. Setelah faktor pemicu gejala diketahui, psikiater atau ahli terapi akan membimbing pasien untuk mau mengubah pemikiran dan perilaku negatif mereka tersebut menjadi positif. Melalui metode yang dinamakan terapi perilaku kognitif ini, pasien juga akan diajari cara menanggulangi stres secara efektif, serta diberi nasihat-nasihat seputar pola makan, tidur, dan olahraga yang baik untuk kesehatan.
Tidak hanya pasien, keterlibatan keluarga dalam terapi psikologis juga bisa sangat membantu. Tujuannya adalah agar keluarga memahami kondisi yang dialami pasien sehingga bisa bekerja sama untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi di dalam rumah tangga yang mungkin saja menjadi penyebab gangguan bipolar, serta mencari jalan keluarnya.

PREVENSI BIPOLAR DISORDER
1. Psikodinamik

Psikoanalisis tradisional bertujuan membantu orang yang depresi untuk memahami perasaan mereka yang ambivalen terhadap orang-orang (objek) penting dalam hidup mereka yang telah hilang atau yang terancam akan hilang. Dengan menggali perasaan-perasaan marah terhadap objek yang hilang ini, mereka dapat mengarahkan rasa merah keluar melalui ekspresi verbal dari perasaan, bukan membiarkannya menjadi lebih buruk.
Psikoanalisis tradisional dapat menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mengungkap dan menghadapi konflik-konflik yang tidak disadari. Pendekatan psikoanalisis modern juga berfokus pada konflik-konflik tidak disadari, namun secara lebih langsung, relative singkat, dan berfokus pada hubungan yang penuh konflik di masa kini maupun masa lalu. Terapis psikodinamika yang eklektik menggunakan metode-metode behavioral dalam membantu klien mencapai keterampilan sosial yang dibutuhkan untuk mengembangkan suatu jaringan sosial yang lebih luas.
Psikoterapi interpersonal (interpersonal psychoteraphy/IPT) adalah suatu bentuk singkat dari terapi yang berfokus pada hubungan interpersonal klien disaat itu, biasanya tidak lebih dari 9 hingga 12 bulan. Perintis IPT percaya bahwa depresi terjadi dalam suatu konteks interpersonal dan bahwa isu hubungan perlu untuk ditekankan dalam penanganan. IPT membantu untuk menghadapi reaksi kesedihan yang tidak terselesaikan atau yang menganggu setelah kematian orang yang dicintai dan juga konflik-konflik peran dalam hubungan. Terapis membantu klien untuk mengekspresikan kesedihannya dan menghadapi rasa kehilangannya sambil membimbing mereka dalam mengembangkan aktivitas-aktivitas dan hubungan-hubungan baru untuk membantu memperbaharui kehidupan mereka.


2. Behavioral
Pendekatan penanganan behavioral beranggapan bahwa perilaku depresi dipelajari dan dapat dihilangkan. Terapis behavioral bertujuan untuk secara langsung memodifikasi perilaku dan bukan untuk menumbuhkan kesadaran terhadap kemungkinan penyebab yang tidak disadari dari perilaku-perilaku ini.

Salah satu program behavioral yang ilustratif telah dikembangkan oleh Lewisohn dan kolega-koleganya, program ini terdiri dari sebuah program terapi kelompok. Hal ini membantu klien untuk memperoleh keterampilan relaksasi, meningkatkan aktivitas yang menyenangkan dan membangun keterampilan sosial yang memungkinkan mereka untuk mendapatkan reinforcement sosial. Terapi ini terdiri dari satu orang terapis yang dianggap sebagai seorang guru, dan kliennya sebagai siswa. Dalam terapi kelompok, orang belajar mereka tidak sendirian dengan penyakit, mereka menerima dukungan emosional penting, belajar keterampilan untuk mengatasi obat, masalah interpersonal dan terkait dengan pekerjaan, dan belajar cara untuk mengatasi dengan stigma dari orang lain. Memaksimalkan fungsi pekerjaan atau sosial merupakan aspek inti dari intervensi pemulihan dan berbasis keterampilan - misalnya, sekolah dan pekerjaan pelatihan dapat membantu dengan ini.


3. Kognitif
 Cognitive teraphy atau terapi kognitif, berfokus pada membantu orang dengan depresi belajar untuk untuk menyadari dan mengubah pola berpikir mereka yang disfungsional. Terapi ini biasanya brejalan selama 14 hingga 16 sesi mingguan. Terapi ini menggunakan kombinasi antara behavioral dan kognitif untuk membantu klien mengidentifikasi dan mengubah pikiran-pikiran yang disfungsional serta mengembangkan perilaku yang lebih adaptif.



4. Terapi Keluarga
Terapi keluarga pyschoeducational dapat membantu dalam situasi ini dengan berfokus pada peningkatan komunikasi di antara anggota keluarga, membantu orang dengan penyakit bipolar memahami manfaat minum obat mereka secara konsisten dan belajar strategi untuk mencegah kambuh. Dalam hal ini jenis pengobatan, anggota keluarga bisa merasa didukung dan individu dengan penyakit dapat belajar cara-cara baru untuk mempertahankan pemulihan. perawatan psychoeducational membantu orang dan anggota keluarganya untuk lebih memahami penyakit bipolar sehingga pemulihan dapat dicapai lebih cepat. Dalam jenis pendekatan, individu dengan penyakit dan anggota keluarga mereka dapat berharap untuk mendiskusikan topik-topik seperti menerima penyakit, mengidentifikasi tanda-tanda peringatan awal akan terjadi kesulitan, belajar untuk mengatasi perubahan mood, obat pemahaman dan tempat untuk menemukan diri membantu kelompok-kelompok dan mengakses pekerjaan atau pelatihan sumber daya. 



5. Biologis

Penggunaan obat untuk bipolar, yaitu obat litium karbonat, berbentuk bubuk dari litum berelemen metalik. Litium efektif dalam menstabilkan mood orang yang menderita bipolar dan dalam mengurangi episode-episode kambuh dari manic dan depresi (Baldessarini & Tondo, 2000; Grof & Alda, 2000). Namun litium umumnya lebih efektif dalam menangani simptom-simptom manic dari pada depresi. Orang dengan gangguan bipolar kemungkinan perlu menggunakan litium secra terus-menerus untuk mengontrol perubahanmood-nya. Dalam pemakaian litium harus dimonitor, karena adanya efek beracun yang potensial dan efek samping lainnya. Obat ini dapat menambah berat badan, kelesuan, pusing dan penurunsn umum dari fungsi motorik, dalam jangka panjang obat ini dapat mengakibatkan masalah liver.
Penstabil mood biasanya diresepkan untuk orang dengan perasaan "tinggi", banyak bicara, lekas marah, pidato dipercepat dan gejala manik lainnya serta depresi yang mengganggu fungsi seseorang. Obat-obat ini biasanya mengurangi intensitas perubahan suasana hati dan biasanya mengembalikan orang tersebut ke tingkat yang lebih normal berfungsi. Lithium, Depakote dan carbamazepine adalah obat-obat umum dalam grup ini. Mereka juga sangat penting untuk membantu orang mencegah gejala-gejala dari datang kembali setelah mereka dikendalikan. 
Antidepresan yang diresepkan untuk orang dengan gejala depresi. Ini mungkin termasuk perasaan sedih dan depresi serta melambat, perilaku lamban. Obat-obat ini membantu tubuh mendapatkan kembali energi sehingga orang tersebut memiliki lebih tertarik pada kehidupan sehari-hari. Penting untuk dicatat bahwa antidepresan dapat memperburuk gejala manik dan harus digunakan hati-hati setelah berkonsultasi dengan dokter Anda. 
Obat antipsikotik kadang-kadang digunakan untuk orang dengan gangguan bipolar yang mungkin memiliki halusinasi atau delusi. Halusinasi adalah pengalaman persepsi yang tidak benar-benar terjadi, seperti mendengar suara-suara mengatakan satu untuk menyakiti diri sendiri. Delusi adalah tetap keyakinan palsu tentang diri, seperti "Setiap orang keluar untuk mendapatkan saya." Obat antipsikotik dapat sangat membantu dalam kasus ini dan atau dokter Anda kekasih Anda akan memiliki beberapa untuk memilih dari, termasuk obat-obatan baru seperti olanzapine, quietiapine, risperidol dan ziprasidone.
Berikut adalah video yang menceritakan kisah salah satu penderita beberapa gangguan psikologis salah satunya adalah bipolar disorder (sumber : https://www.youtube.com/watch?v=EMuH2gWx2Ho )



Sumber referensi
Carson, C, Robert; Butcher, N, James. 1992. Abnormal Psychology and Modern Life. 9th. Edition. Harper Collins Publishers, Inc. New York 100 22
Nevid, S, Jeffrey; Rathus, A, Spencer. 2003. Abnormal Psychology in a Changing World. 5th. Edition. Upper Saddle River. New Jersey 07458
Davison, C, Gerald; Neale, M, Jhon; Kring, M, Ann. Abnormal Psychology. 9th. Edition. New York.
Psychopathology Development.
http://www.alodokter.com/gangguan-bipolar/pengobatan


https://id.wikipedia.org/wiki/Gangguan_bipolar
http://gosehat.com/jenis-gangguan-bipolar
http://dokita.co/blog/mengenal-bipolar-disorder/
https://psikologiabnormal.wikispaces.com/Bipolar+Disorder

Tidak ada komentar:

Posting Komentar